Jakarta, Senin 26 Mei 2025 – Hive Five Literasi Bisnis | Banyak pelaku UMKM berpikir: “Pokoknya kasih diskon, pasti laku!” Padahal, strategi potongan harga yang asal-asalan justru bisa merusak citra brand dan menekan profit. Di era persaingan digital seperti sekarang, harga bukan sekadar murah, tapi soal nilai dan persepsi.
Jadi, bagaimana cara mengatur strategi harga yang benar agar tetap untung dan bisnis tidak tenggelam?
Diskon Boleh, Tapi Harus Ada Tujuannya
Diskon bukan strategi utama, tapi alat bantu jangka pendek. Diskon yang benar digunakan untuk:
a. Menarik pelanggan baru (first buyer).
b. Menghabiskan stok lama.
c. Merayakan momen tertentu (event, ulang tahun brand).
d. Meningkatkan traffic ke toko fisik/online.
Tapi kalau dipakai terus-menerus, konsumen jadi tidak pernah mau beli dengan harga normal. Bahkan lebih buruk lagi, brand kamu dicap “murahan”.
Kenali 3 Jenis Strategi Harga untuk UMKM
1. Harga Berdasarkan Biaya (Cost-Based Pricing)
Kamu hitung semua biaya produksi, lalu tambah margin. Aman, tapi belum tentu kompetitif.
2. Harga Berdasarkan Pasar (Market-Based Pricing)
Kamu lihat harga kompetitor di kategori yang sama. Cocok untuk produk massal seperti makanan ringan, fashion umum, dll.
3. Harga Berdasarkan Nilai (Value-Based Pricing)
Ini yang sering dipakai brand besar. Kamu tetapkan harga berdasarkan manfaat atau citra yang dirasakan pelanggan, bukan cuma biaya. Cocok untuk produk unik, handmade, atau punya cerita.
Contoh: kopi kemasan 250ml bisa dijual Rp10.000 – Rp50.000 tergantung siapa yang jual, bagaimana kemasannya, dan bagaimana kamu “menceritakan” produknya.
Tips Menentukan Harga Tanpa Menjerumuskan Bisnis Sendiri
✅ Jangan hanya bersaing harga
Kalau kamu selalu menurunkan harga, kompetitor tinggal turunin lagi, dan kamu yang rugi duluan. Fokuslah pada nilai tambah, bukan sekadar murah.
✅ Hitung margin minimum
Tentukan minimal profit yang harus kamu dapatkan di setiap produk. Jangan sampai laku banyak tapi tetap tekor.
✅ Beri alasan kenapa harga segitu
Misalnya, bahan premium, proses handmade, atau kualitas layanan. Pelanggan cenderung rela bayar lebih jika paham nilainya.
✅ Manfaatkan promo tanpa merusak harga inti
Contoh: bundling, beli 2 gratis 1, voucher, gratis ongkir, atau diskon untuk next purchase. Ini mendorong repeat order tanpa mengorbankan margin besar.
Studi Kasus UMKM: Naik Harga, Tapi Penjualan Naik
Salah satu contoh datang dari brand sabun lokal handmade asal Malang. Awalnya dijual Rp15.000/batang. Tapi setelah rebranding, ubah kemasan, dan cerita lebih kuat soal manfaatnya, harga naik jadi Rp29.000.
Alih-alih sepi, penjualan justru meningkat 2x lipat, karena konsumen melihat nilai lebih dan tidak lagi membandingkan dengan sabun biasa.
Kesimpulan
Menentukan harga butuh perhitungan, riset, dan pemahaman tentang pelanggan kamu. Murah bukan jaminan laku, dan mahal bukan berarti akan gagal. Yang penting: kamu tahu kenapa produkmu layak dihargai segitu.
Hive Five News | Literasi Bisnis UMKM yang Bikin Naik Level. Bersama Hive Five, pelaku UMKM belajar bukan cuma cara jualan, tapi juga strategi yang bikin bisnis lebih cerdas, bukan cuma sibuk.