Belakangan ini, Presiden Prabowo Subianto menyoroti sebuah fenomena yang ia sebut “Serakahnomics” — sebuah pola pikir ekonomi yang didominasi oleh keserakahan dan pengabaian terhadap kepentingan rakyat. Ini bukan sekadar istilah baru, melainkan sebuah peringatan serius tentang bahaya yang mengancam fondasi ekonomi dan sosial bangsa kita. Prabowo menegaskan bahwa praktik ini bukan berasal dari teori ekonomi manapun, melainkan dari “mazhab” serakah yang membahayakan masa depan bangsa.
Apa Itu “Serakahnomics”?
“Serakahnomics” bisa diartikan sebagai sistem atau pola perilaku ekonomi di mana pencarian keuntungan pribadi atau kelompok diutamakan secara berlebihan, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan masyarakat luas dan keberlanjutan lingkungan. Dalam praktiknya, “Serakahnomics” dapat terlihat dalam berbagai bentuk, seperti:
a. Monopoli dan Oligopoli yang Merugikan: Konsentrasi kekuasaan ekonomi pada segelintir pihak yang kemudian menetapkan harga seenaknya atau menghambat persaingan sehat, merugikan konsumen dan UMKM.
b. Eksploitasi Sumber Daya Alam Berlebihan: Pengerukan kekayaan alam tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan hak-hak masyarakat adat, hanya demi keuntungan jangka pendek.
c. Praktik Bisnis Tidak Etis: Penggelapan pajak, korupsi, manipulasi pasar, atau praktik yang merugikan pekerja (upah rendah, kondisi kerja buruk) demi efisiensi dan keuntungan.
d. Kapitalisme Tanpa Tanggung Jawab Sosial: Perusahaan yang hanya fokus pada profit tanpa memberikan kontribusi berarti pada masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Presiden Prabowo menekankan bahwa “Serakahnomics” adalah antitesis dari prinsip-prinsip ekonomi yang sehat dan berkelanjutan. Ia bukan bagian dari mazhab ekonomi manapun, melainkan sebuah penyimpangan moral yang berpotensi merusak tatanan sosial dan ekonomi negara.
Bahaya “Serakahnomics” bagi Bangsa
Dampak dari “Serakahnomics” sangat luas dan merusak:
1. Meningkatnya Kesenjangan Sosial: Kekayaan akan semakin terkonsentrasi pada segelintir orang, sementara mayoritas rakyat hidup dalam kesulitan. Ini bisa memicu ketidakpuasan sosial dan instabilitas.
2. Degradasi Lingkungan: Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol demi keuntungan akan merusak ekosistem, menyebabkan bencana alam, dan mengancam keberlanjutan hidup generasi mendatang.
3. Kualitas Hidup Menurun: Layanan publik yang buruk, harga kebutuhan pokok yang melambung, dan kurangnya akses terhadap peluang ekonomi akan menurunkan kualitas hidup masyarakat.
4. Rusaknya Tatanan Moral: Ketika keserakahan menjadi norma, nilai-nilai keadilan, empati, dan tanggung jawab sosial akan tergerus.
5. Ancaman Terhadap Demokrasi: Kekuatan ekonomi yang terkonsentrasi dapat memengaruhi kebijakan publik, menciptakan oligarki politik, dan menghambat partisipasi rakyat.
Kembali pada Nilai Keadilan, Etika, dan Tanggung Jawab Sosial
Menghadapi ancaman “Serakahnomics”, Presiden Prabowo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali pada nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi ekonomi Pancasila: keadilan, etika, dan tanggung jawab sosial. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga seluruh pelaku ekonomi, mulai dari korporasi besar, UMKM, hingga individu.
a. Keadilan: Memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan menikmati hasil pembangunan ekonomi. Ini berarti menciptakan lapangan kerja yang layak, akses pendidikan dan kesehatan yang merata, serta sistem pajak yang adil.
b. Etika: Mengedepankan moralitas dalam setiap praktik bisnis. Bisnis bukan hanya tentang mencari profit, tetapi juga tentang bagaimana profit itu didapatkan dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat.
c. Tanggung Jawab Sosial: Perusahaan dan individu memiliki kewajiban untuk berkontribusi pada kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan, bukan hanya pada pemegang saham. Ini bisa melalui program CSR, praktik bisnis berkelanjutan, atau filantropi.
Peran HIVEFIVE dalam Mendorong Ekonomi Berkeadilan
Sebagai bagian dari ekosistem bisnis dan kewirausahaan, HiveFive.co.id memiliki peran penting dalam melawan “Serakahnomics” dan mendorong praktik ekonomi yang lebih adil dan bertanggung jawab. Kami percaya bahwa setiap bisnis, besar maupun kecil, bisa menjadi agen perubahan positif.
a. Mendukung UMKM: Dengan memberikan dukungan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kita membantu mendistribusikan kekayaan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. UMKM adalah tulang punggung ekonomi yang berpotensi mendorong pemerataan.
b. Edukasi Kewirausahaan Beretika: Mendorong para wirausahawan untuk tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga membangun bisnis yang berkelanjutan, beretika, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
c. Transparansi dan Kepatuhan: Menganjurkan setiap bisnis untuk beroperasi secara transparan, patuh pada regulasi, dan menghindari praktik-praktik yang merugikan pihak lain.
Masa Depan Ada di Tangan Kita
Perang melawan “Serakahnomics” adalah perjuangan kolektif. Setiap individu, setiap bisnis, dan setiap pembuat kebijakan memiliki peran penting. Dengan kembali pada nilai keadilan, etika, dan tanggung jawab sosial, kita dapat membangun ekonomi yang tidak hanya kuat secara finansial, tetapi juga adil, inklusif, dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.
Mari bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa untuk ekonomi yang berpihak kepada rakyat, bukan hanya kepada segelintir pihak.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.